Akhirnya…pada tahun ini tepatnya tahun
2012 aku dapat melihat indahnya dunia, walaupun aku telah kehilangan seseorang
yang amat aku cintai, seseorang yang amat aku sayangi, seseorang yang hanya
kumiliki satu-satunya.
Namaku Lintang, Aku dilahirkan dalam
keadaan buta. Aku tidak dapat melihat apa yang ada di sekelilingku, apa yang
terjadi di sekitarku. Aku hanya dapat mendengar suara dan merasakan sesuatu
yang dapat kurasakan. Aku tak tahu, awalnya aku merasa hidup ini tak adil, tapi
ada seorang yang begitu mulia, dia bagaikan bidadari tak bersayap untukku. Dia
selalu mengajariku, membimbingku, tetap menyayangiku meskipun aku memiliki
banyak sekali kekurangan.
2001
Hari ini ibuku mengajariku bagaimana
caranya membaca, dengan huruf brelie tentunya. Dengan setia dia mengajariku,
dengan penuh kesabaran dan penuh kasih sayang tentunya. Aku sangat bahagia bisa
bersamanya setiap hari seperti ini walaupun dengan kekuranganku, aku tak dapat
membayangkan apa yang akan terjadi, apa
yang akan aku perbuat jika sosoknya menghilang dari kehidupanku, walaupun aku
belum pernah melihatnya sejak aku lahir. Tapi percayalah ibu, aku pasti kan
melihatmu walau entah kapan itu akan terjadi.
2005
Seperti hari biasa, meskipun aku tidak
dapat melihat tetapi aku bisa dapat mengetahui ruangan-ruangan yang berada di
dalam rumahku. Tentu saja itu berkat ibuku yang selalu mengajariku letak
keberadaan ruangan di ruamahku, seperti kamar mandi, dapur, kamarku dan ibuku,
dan ruang tamu.
Setiap pagi biasanya ibu selalu belanja di tukang sayur yang
biasa lewat di perumahanku, karena ibuku tidak berani meninggalkanku seorang
diri. Pagi ini seperti biasa ibuku memanngil tukang sayur langganannya,
memanggilnya dengan suara lembut, tidak berteriak seperti kebanyakan orang
memanggil pedagang yang lewat di depan rumahnya. Hari ini ibuku akan memasak
sayur bening bayam kesukaanku. Sembari menunggu masakan matang, ibuku juga
sering mengajariku bagaimana caranya membaca al-qru’an. Ibuku mengajarkanku
cara menghafal al-qur’an dengan mudah. Melatihku agar dapat membaca al-qur’an
dengan baik dan benar, mengajarkanku tajwid, lagam, yang entah dari mana ibuku
dapat mengetahui hal-hal seperti itu. Aku juga sudah dapat menghafal beberapa
surat di al-qur’an, itu semua berkat ibuku. Dengan suaranya yang begitu lembut,
penuh cinta dan kasih saying sehingga tak pernah bosan aku mendengarnya.
2010
Aku tumbuh dewasa, walaupun tak ada yang
berubah dari tahun-tahun sebelumnya. Aku tetap menjalani hari-hariku bersama
ibuku. Membaca al-qur’an, solat berjamaah, belajar membaca, menulis dan lain
hal sebagainya.
Pagi ini seperti biasa ibu membangunkanku
untuk melaksanakan solat subuh berjamaah, setelah itu membaca al-qur’an
bersama-sama. Entah kenapa aku merasakan sesuatu hal yang aneh hari ini, aku
tak tau itu apa, tapi yang ku tau kata ibuku jika kita merasakan suatu hal yang
aneh, maka kita harus cepat-cepat menghilangkannya dan membuangnya jauh-jauh.
Tapi semakin aku berusaha melupakan hal yang aneh itu, justru itu malah membuat
kebalikannya, perasaan it uterus muncul di dalam hatiku, aku ber istighfar
terus sepanjang hari. Hingga waktu solat maghrib pun tiba.
Aku dan ibuku solat maghrib berjamaah.
Seusai solat aku memberitahukan kepada ibuku persaan yang aneh ini, ibuku
memelukku, aku menangis dipelukannya, entah apa yang kurasakan. Aku merasa akan
kehilangannya. Tapi aku tak tahu, yang kutahu adalah ibuku selama ini
sehat-sehat saja. Kami berdua menangis bersama di kamar.
2011
Hari ini sikap ibuku berbeda, ibuku tidak
seperti biasanya berbuat hal seperti ini. Setelah kemarin ia izin untuk keluar
sebentar. Ia tidak membangunkanku untuk solat subuh berjamaah, ia memanggil
tukang sayur langganan pun dengan suara keras dan memanggilnya dari dalam
rumah, apa yang telah terjadi ? memasak pun rasanya hambar, benar-benar tak
seperti biasanya.
Berhari-hari hingga seminggu pun berlalu, aku masih tinggal
bersama ibuku yang telah berubah, hingga suatu saat ibuku memanggilku dan
mengajakku bicara. Ia berkata bahwa ada
seorang baik hati yang akan mendonorkan matanya untukku. Aku sangat bahagia,
akhirnya aku dapat melihat dunia, akhirnya aku dapat melihat daerah
sekelilingku, dan aku dapat melihat ibuku, walau sekarang ia telah berbeda.
Tetapi ia tetap ibuku.
November 2011
Hari ini, hari dimana aku akan melihat
dunia, ya aku akan melakukan operasi dibagian mataku. Entah siapa yang
memberikan matanya untukku. Setiap aku Tanya kepada ibuku, ia hanya menjawab
“dia adalah orang yang terbaik, karena ia telah memberikan matanya untukmu,
untuk anakku”.
5 jam berlalu, inilah akhir dari
penderitaanku selama ini, aku sudah selesai melakukan operasi di bagian mataku
ini. Dokter menyuruhku untuk membuka mataku dengan perlahan. Aku membuka mataku
dan, putih, aku melihat ke sekelilingku sambil ku kedip-kedipkan mataku.
Pandanganku terhenti pada seorang perempuan yang tersenyum melihatku, tanpa
ragu kupercaya dia pasti ibuku. Aku tersenyum melihatnya dan meneteskan air
mata, kupeluk ibuku dengan penuh rasa saying.
“ibu, sebenarnya mata siapa ini ?” tanyaku dalam peluknya.
“kau benar-benar ingin mengetahui nya ?” jawab ibuku sambil
melepaskan pelukannya.
“ya” jawabku.
Ibuku meninggalkanku dan
mengambil sepucuk surat yang berada di dalam tasnya. Lalu ia memberikan surat
itu kepadaku, aku pun segera membacanya.
“wahai anakku, bahagiakah engkau ? kau telah dapat melihat
dunia, kau dapat melihat hal-hal yang indah di sekelilingmu. Saat kau membaca
ini, mungkin aku, ah, ibumu ini…..”
aku berhenti membaca, ku pandang perempuan di dekatku, lantas
ini siapa ? tak sabar aku pun segera melanjutkan membaca surat ini.
“……telah tiada. wahai anakku, maafkanlah ibumu ini, ibu
tidak memberitahumu tentang ini. Ibu mengalami penyakit jantung dan ibu divonis
untuk tidak dapat hidup lama. Sebenarnya awalnya ibu tak percaya dengan vonis
yang di beri dokter karena yang menentukan ajal adalah allah. Tetapi tepat hari
ini, hari dimana kau melakukan operasi dibagian matamu, hari dimana kau dapat
melihat dunia, tepat pada hari ini juga ibu harus menjalankan operasi jantung.
Walaupun kemungkinan berhasilnya sangat lah kecil, tetapi operasi ini harus ibu
jalani. Ibu berjaga-jaga, jika operasi ini tidak berhasil, maka akan kuberikan
mataku ini untukmu. Ibu telah memberi tahukan dokter tentang ini. Dan ibu juga
telah memberikan amanah kepada adik ibu untuk menjagamu. Ya orang yang bersama
mu selama sepekan terakhir adalah adik ibu. Maafkan ibu nak, ibu tidak memiliki
pilihan lain. Tetaplah menjadi sosok yang membanggakan. Sosok yang patuh kepada
allah, tetap menjalankan ibadah-ibadahnya. Ibu menyayangimu.”
Aku tak sanggup menahan air mata, aku
lihat perempuan di dekatku, maksudnya adik ibuku, ia juga menangis.
“bolehkah aku melihat ibuku ? dimana ibuku ?” tanyaku.
Sambil menangis dia membantuku turun dari
Kasur dan menuntunku ke ruangan dimana ibuku telah selesai di operasi. Aku
melihatnya, aku tersenyum di dalam tangisku. Aku mendekatinya. Meskipun ia
sudah tak bernyawa, meskipun ia telah tiada, tetapi aku tetap mencintainya dan
menyayanginya, sangat menyayanginya. Ibu…aku janji akan menajdi anak yang baik,
aku berjanji untuk menggunakan mataku ini-mata ibuku, untuk hal yang baik,
untuk hal yang tidak melenceng dari agama Allah. Ibu…aku menyayangimu.
Author : Arivia Agustin